WELCOME TO MY BLOG

Welcome to my blog

Selamat datang di blogku. Kalau Anda punya
saran terhadap blog ini, silakan berkomentar di https://ellen-def.blogspot.com/, terima kasih.

Friday, 12 December 2014

STRATEGI PRODUK UNGGULAN BERBASIS EKSPOR DI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH (KELAPA)

TUGAS MATA KULIAH
 MANAJEMEN STRATEGI SEKTOR PUBLIK

(SEMESTER II ILMU EKONOMI, MEI 2014)

Dosen: Dr. H. SIANG I. SULUH, ME
SOAL:
Susun visi, misi, strategi, tujuan, dan sasaran ke depan dengan analisis SWOT untuk produk unggulan kopra!
JAWAB:
Berdasarkan penetapan produk paling unggul berbasis ekspor per sektor di Provinsi Kalimantan Tengah menurut skor rerata terbobot dan rangking tertinggi yang diperoleh dari hasil analisis AHP sebagaimana Tabel 1, kelapa menempati posisi keenam dalam subsektor Perkebunan.

Tabel 1

Jenis Produk, Rerata Terbobot, dan Ranking Produk Unggulan Subsektor Perkebunan di Provinsi Kalimantan Tengah

SUBSEKTOR
JENIS PRODUK
RERATA TERBOBOT
RANKING
Perkebunan
1. Kelapa Sawit
2. Karet
3. Kakao
4. Cengkeh
5. Kopi
6. Kelapa
7. Lada
8. Jambu Mede
0,1966
0,1489
0,1570
0,1061
0,1061
0,1061
0,0970
0,0817
1
2
3
4
5
6
7
8

Selanjutnya strategi pengembangan produk kelapa ditentukan menggunakan analisis SWOT yang disusun dalam matriks SWOT di bawah ini:


Strategi Pengembangan Produk Kelapa


 


Dalam rangka pengembangan produk Kelapa berbasis ekspor di Provinsi Kalimantan Tengah, maka diperlukan acuan berdasarkan tinjauan Roadmap Pengembangan Kelapa secara nasional.

Roadmap Pembangunan Kelapa dan Roadmap Industri Pengolahan Kelapa merupakan acuan utama dalam meninjau strategi dan kebijakan pembangunan kelapa 2010-2014. Hasil tinjauan ini digunakan sebagai dasar untuk menyempurnakan strategi dan kebijakan pembangunan kelapa ke depan yang lebih komprehensif dan sesuai dengan perkembangan lingkungan strategis. Sebelum menganalisis strategi dan kebijakan pembangunan, pemahaman juga dilakukan terhadap tujuan, sasaran, visi dan misi pembangunan kelapa.



1.   Tujuan Pembangunan Kelapa

Cakupan tujuan pembangunan perkebunan meliputi peningkatan produksi, produktivitas, mutu, nilai tambah dan daya saing, pendapatan dan kesejahteraan masyarakat, devisa negara dari subsektor perkebunan, penyediaan bahan baku bagi industri pangan dan non-pangan termasuk biodiesel, pengelolaan sumber daya secara arif dan berkelanjutan serta mendorong pengembangan wilayah. Cakupan tujuan pembangunan kelapa di atas nampak telah meliputi berbagai aspek pembangunan. Hal ini tidak berlebihan mengingat peran strategis kelapa dalam pembangunan nasional hingga saat ini.



2.   Sasaran Pembangunan Kelapa Sawit

Pembangunan kelapa merupakan salah satu bagian dari pembangunan perkebunan dan industri pengolahan pertanian nasional. Sasaran pembangunan kelapa berdasarkan Road Map Industri Pengolahan Kelapa Direktorat Jenderal Industri Agro dan Kimia Kementerian Perindustrian  Tahun 2009 adalah sebagai berikut:

a)   Sasaran Pembangunan Kelapa Jangka Menengah (2010-2014)

1)  Diprosesnya kelapa menjadi produk olahan kelapa yang mempunyai nilai tambah tinggi

2)    Produk sudah mengacu pada standarisasi seperti SNI, CODEX, dan lain-lain

3)    Pengembangan (modifikasi) teknologi pengolahan kelapa

4)    Pencegahan ekspor kelapa bulat (belum diolah)

5)   Peningkatan utilitas kapasitas produksi pengolahan kelapa rata-rata 5% per tahun

6)    Terjaminnya ketersediaan bahan baku dan penolong

7)    Penyerapan tenaga kerja

8)    Peningkatan ekspor produk pengolahan kelapa rata-rata 5% per tahun

9)    Terbangunnya citra merk Indonesia di pasar internasional

10)  Penyebaran sentra produksi di luar Sulawesi Utara dan Riau

11)  Terjaminnya infrastruktur seperti peti kemas, energi listrik, dan transportasi

12)  Peningkatan iklim investasi

13)  Deregulasi kebijakan Pemerintah Pusat

b.   Sasaran Pembangunan Kelapa Jangka Panjang (2015-2025)

1)  Terbangunnya sentra produksi baru di luar Riau dan Sulawesi Utara yaitu antara lain di Kalimantan Barat dan Lampung

2)    Dicapainya diversifikasi produk olahan kelapa

3)    Berkembangnya industri pengolahan kelapa secara terpadu di Indonesia

Sasaran makro pembangunan perkebunan dan industri pengolahan pertanian dari tahun 2010 hingga 2014 meliputi peningkatan PDB dari 2,97% menjadi 3,19% (harga konstan tahun 2000), kesempatan kerja dari 19,78 juta menjadi 21,42 juta orang, investasi dari Rp 45,18 triliun menjadi Rp 68,49 triliun, surplus neraca perdagangan pertanian dari US$ 28,86 menjadi US$ 59 milyar, pendapatan pekebun dari US$ 1600 menjadi US$ 1840/KK/2 ha, ekspor perkebunan dari US$ 31,89 menjadi US$ 61,25 milyar, dan nilai Tukar Petani (NTP) dari 105,2 menjadi 109,28.

Pada tataran mikro, sasaran pembangunan kelapa meliputi (sumber: Revisi II Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian Tahun 2010-2014):

a.  Peningkatan luas areal sebanyak 3.807 ribu ha tahun 2010, 3.814 ribu ha tahun 2011, 3.820 ribu ha tahun 2012, 3.820 ribu ha tahun 2013,  dan 3.833 ribu ha tahun 2014 dengan laju pertumbuhan per tahun sebesar 0,17 persen.

b.  Sasaran produksi sebesar 3.266 ribu ton tahun 2010, 3.291 ribu ton tahun 2011, 3.317 ribu ton tahun 2012, 3.348 ribu ton tahun 2013, dan 3.380 ribu ton tahun 2014 dengan laju pertumbuhan 3,86 persen per tahun.

c.  Proyeksi produktivitas sebesar 1.105 kg/ha tahun 2010, 1.119 kg/ha tahun 2011, 1.135 kg/ha tahun 2012, 1.151 kg/ha tahun 2013, dan 1.20 kg/ha tahun 2014 dengan laju pertumbuhan 2,09 persen per tahun.



Dalam periode 2015-2025, Pemerintah Pusat menargetkan terbangunnya sentra produksi baru untuk kelapa di luar Riau dan Sulawesi Utara,  antara lain di Kalimantan Barat dan Lampung. Sasaran tersebut dapat dicapai dengan adanya dukungan iklim usaha dan investasi yang kondusif, termasuk Provinsi Kalimantan Tengah yang termasuk potensial untuk perkebunan kelapa.



3.   Visi dan Misi Pembangunan Kelapa

Untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan perkebunan tersebut, visi pembangunan perkebunan pada skala nasional adalah mewujudkan industri minyak kelapa yang berdaya saing. Misinya adalah:

1) Menunjang ketahanan pangan melalui penyediaan pangan olahan dan sarana produksi yang tepat dan cukup

2)   Meningkatkan nilai tambah sumber daya alam nasional

3)   Memperkuat struktur industri

4)   Meningkatkan penggunaan bahan baku dalam negeri

5)   Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dan penguasaan teknologi

6)   Meningkatkan pemerataan pembangunan industri, kesempatan kerja dan berusaha

7)   Meningkatkan ekspor



4.   Strategi dan Kebijakan Pembangunan Kelapa

Strategi pembangunan perkebunan kelapa tersebut diuraikan dalam lima langkah, yakni:

1) Peningkatan pengelolaan permintaan (penetrasi pasar, diversifikasi produk, pengembangan jalur distribusi, quick response kepada konsumen)

2) Peningkatan produksi dan teknologi (supply chain management, manajemen sumber daya)

3)   Peningkatan teknologi informasi

4)  Peningkatan ketrampilan, profesionalisme, dan kompetensi (pengembangan dan perencanaan SDM)

5)   Strategi pemasaran melalui promosi yang intensif

Saat ini, strategi dan kebijakan pembangunan kelapa tertuang dalam Roadmap Kelapa (Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian, 2010) dan Roadmap Industri Pengolahan Kelapa (Direktorat Jenderal Industri Agro dan Kimia Kementerian Perindustrian, 2009). Strategi dan kebijakan tersebut pada dasarnya telah memenuhi syarat keharusan, yaitu mengutamakan penerapan teknologi budidaya dan pengolahan kelapa yakni minyak kelapa mentah (crude coconut oil = CCO) dan produk turunannya. Namun terkait dengan masalah/isu pembangunan kelapa yang berkembang saat ini, strategi pembangunan perkebunan kelapa nampaknya bukan merupakan hasil sintesa masalah dan antisipasi isu pembangunan kelapa berkelanjutan (aspek sosial, lingkungan dan tata kelola). Strategi dan kebijakan pembangunan perkebunan yang disusun juga masih menitikberatkan pada aspek teknologi dan ekonomi mikro, sedangkan aspek lain masih belum memadai atau belum jelas. Oleh karena itu, strategi dan kebijakan yang tertuang dalam kedua Road Map Kelapa masih perlu disempurnakan.



5.  Permasalahan/Isu Pengembangan Kelapa Saat Ini

  Berdasarkan data Dewan Kelapa Indonesia (Dekindo) tahun 2009, terdapat beberapa permasalahan dalam pengembangan produk kelapa di Indonesia yaitu:

1)  Produktivitas tanaman kelapa rendah yaitu sekitar 1,1 ton/ha atau sekitar 50% dari potensi produksinya

2)  Kondisi tanaman sudah tua dan tidak produktif sekitar 438 ribu ha (11,58% dari total areal kelapa)

3) Sekitar 98,225 perkebunan kelapa merupakan perkebunan rakyat dengan kepemilikan lahan terbatas, pemanfaatannya belum optimal serta penerapan teknologi yang belum utuh

4)  Struktur industri perkelapaan saat ini belum terpadu dan hampir seluruhnya masih bersifat parsial, sehingga nilai tambahnya belum optimal

5)   Ekspor sebagian besar masih dalam bentuk produk primer

6)  Hasil samping dan limbah belum dimanfaatkan secara optimal, sehingga belum dapat dihasilkan nilai tambah yang berarti secara ekonomi, baik di tingkat petani maupun ditingkat prosesor

7)  Jenis produk turunan kelapa yang baru dapat dihasilkan masih terbatas dibanding negara produsen kelapa lain, seperti Filipina, telah dapat mengembangkan sebanyak lebih dari 100 jenis produk

8) Penanganan agribisnis perkelapaan masih tersegmentasi/sektoral, belum dan cenderung merugikan posisi petani kelapa sebagai penghasil produk primer

9)  Pengelolaan usaha belum dilakukan secara optimal, sehingga masih banyak potensi sumberdaya belum termanfaatkan serta belum dapat memberikan jaminan pendapatan yang layak bagi petani kelapa

10) Persaingan dengan minyak nabati lainnya, khususnya kelapa sawit telah menekan pengembangan tanaman kelapa

11)  Tidak tersedianya kredit murah untuk peremajaan tanaman tua dan rusak

12) Serangan hama dan penyakit (seperti busuk pucuk, penyakit layu) belum dapat diatasi secara menyeluruh

Khusus Provinsi Kalimantan Tengah, belum ada perusahaan skala nasional yang mendirikan pabriknya, perkebunan kelapa didominasi oleh perkebunan rakyat. Perusahaan kelapa di Indonesia dari data Dekindo hanya berjumlah 75 yang tersebar di Banten, Bengkulu, Daerah Istimewa Yogyakarta, Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Gorontalo, Jambi,  Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Sumatera Utara.

Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) tahun 2014 (data per 24 April 2014), produksi kelapa di Kalimantan Tengah sebanyak 87.555 ton tahun 2008, 80.613 ton tahun 2009, 70.023 ton tahun 2010, 70.840 ton tahun 2011, dan 75.055 ton tahun 2012. Total lahan yang sudah digunakan hingga tahun 2012 di Kalimantan Tengah seluas 73.417 ha dengan sebaran sebagai berikut:

NO.
DAERAH
LUAS LAHAN (HA)
1.
KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR
31.322
2.
KABUPATEN PULANG  PISAU
16.433
3.
KABUPATEN KAPUAS
10.672
4.
KABUPATEN SERUYAN
4.727
5.
KABUPATEN KATINGAN
3.557
6.
KABUPATEN SUKAMARA
1.172
7.
KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT
1.161
8.
KABUPATEN BARITO UTARA
1.107
9.
KABUPATEN MURUNG RAYA
1.100
10.
KABUPATEN GUNUNG MAS
665
11.
KABUPATEN BARITO SELATAN
463
12.
KABUPATEN LAMANDAU
437
13.
KABUPATEN BARITO TIMUR
407
14.
KABUPATEN PALANGKA RAYA
194

Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) tahun 2014 (data per 24 April 2014)



6.    Strategi dan Kebijakan Pengembangan Kelapa Sawit

Identifikasi lingkungan strategis internal dan eksternal industri kelapa didahului dengan pemahaman tentang arah kebijakan yang selanjutnya diikuti dengan analisis SWOT, yaitu menganalisis kekuatan (Strength/S), kelemahan (Weakness/W), peluang (Opportunity/O) dan ancaman (Threat/T) dari industri kelapa. Analisis SWOT (Rangkuti, 2005) merupakan jenis analisis yang digunakan untuk memaksimalkan kekuatan dan peluang, namun pada saat bersamaan dapat meminimumkan kelemahan dan ancaman. Proses pengambilan keputusan strategis (strategi dan kebijakan) dikaitkan dengan visi, misi, tujuan dan sasaran. Dalam naskah kebijakan ini, analisis SWOT diterapkan untuk pengembangan industri kelapa yang berkelanjutan dan berkeadilan. Analisis SWOT untuk analisis kebijakan juga sudah ditetapkan dalam Roadmap Industri Pengolahan Kelapa oleh Direktorat Jenderal Industri Agro dan Kimia Kementerian Perindustrian.

1)   Arah Kebijakan

Dalam naskah kebijakan ini, arah kebijakan dalam pengembangan industri kelapa ke depan adalah mengintegrasikan hasil kebun kelapa rakyat untuk bahan baku industri yang dapat diandalkan, optimalisasi pemanfaatan bahan baku, promosi investasi, meningkatkan mutu kopra dan minyak kelapa, meningkatkan kerjasama multilateral melalui forum Asian and Pacific Coconut Community (APPC), serta membangun Balai Besar Industri Pengolahan Kelapa (indikasi di Sulawesi Utara, Maluku Utara, Maluku dan Papua).

2.   Analisis SWOT

Kekuatan/Strength (S)

Indonesia termasuk yang berasal dari Kalimantan Tengah merupakan produsen kelapa terbesar di dunia, dengan areal tanaman sekitar 3,88 juta ha dan produksi tahun 2005 sekitar 3,2 juta ton setara kopra. Kelapa dapat tumbuh hampir di seluruh wilayah Indonesia, karena tidak membutuhkan persyaratan khusus untuk tumbuhnya. Banyak produk industri yang dapat dihasilkan dari pengolahan kelapa, antara lain cocochemical, cocofiber, minyak goreng kelapa, desiccated coconut, nata de coco, arang aktif, dan lain-lain. Selain itu, tenaga kerja banyak tersedia baik untuk sektor perkebunan maupun sektor industrinya.

Kelemahan/Weakness (W)

Perkebunan kelapa sebagian besar merupakan perkebunan rakyat dengan penguasaan lahan relatif kecil rata-rata 0,5 ha per keluarga petani dengan produktivitas sangat rendah. Sepertiga tanaman kelapa di Indonesia dalam kondisi tua dan tidak produktif, diversifikasi produk dengan nilai tambah tinggi kurang berkembang.

Peluang/Opportunity O)

Permintaan terhadap produk-produk berbasis kelapa baik di pasar domestik maupun dunia masih cukup prospektif. Permintaan (demand) terhadap produk-produk kelapa olahan dengan nilai tambah tinggi terus meningkat. Selain itu, terdapat upaya yang terus-menerus dari pemerintah untuk melakukan penelitian dalam rangka diversifikasi dan pengembangan produk-produk berbasis kelapa.

Ancaman/Threat (T)

Pengembangan produk kelapa harus bersaing dengan produk vegetable oil lainnya, terutama minyak kelapa sawit. Kemudian, banyak pohon kelapa sudah berusia tua (tidak produktif), tetapi replantasi berjalan tersendat/lamban, bahkan banyak perkebunan kelapa yang beralih fungsi.

Indonesia harus bersaing dengan Filipina yang lebih dahulu mengembangkan industri berbasis kelapa. Selain itu, penguasaan pasar oleh PT MNC menyulitkan pemasaran turunan kelapa.

3.   Alternatif Strategi

Berdasarkan identifikasi lingkungan strategis di atas, beberapa alternatif strategi  pengembangan industri kelapa dapat dirumuskan sebagai berikut:

Strategi  S-O  (Menggunakan  Kekuatan  dengan  Memanfaatkan  Peluang)

Kekuatan yang dimiliki industri kelapa digunakan sebagai alat untuk menerapkan kebijakan berupa promosi, advokasi dan kampanye positif publik tentang industri kelapa Indonesia di pasar internasional. Masih dalam strategi S-O, pengembangan industri kelapa sudah harus dilakukan melalui pengembangan (diversifikasi) dan peningkatan nilai tambah produk untuk memanfaatkan peningkatan permintaan minyak dan produk turunannya yang prospektif mengacu pada standarisasi seperti SNI, CODEX, dan lain-lain.

Strategi W-O (Menanggulangi Kelemahan dengan Memanfaatkan Peluang)

Perkebunan kelapa sebagian besar merupakan perkebunan rakyat dengan penguasaan lahan relatif kecil rata-rata 0,5 ha per keluarga petani dengan produktivitas sangat rendah dapat diatasi dengan aksesibilitas petani terhadap sumberdaya karena permintaan terhadap produk-produk berbasis kelapa baik di pasar domestik maupun dunia masih cukup prospektif.

Sepertiga tanaman kelapa di Indonesia dalam kondisi tua dan tidak produktif serta diversifikasi produk dengan nilai tambah tinggi kurang berkembang dapat diatasi dengan upaya terus-menerus dari pemerintah untuk melakukan penelitian dalam rangka diversifikasi dan pengembangan produk-produk berbasis kelapa.

Strategi S-T (Menggunakan Kekuatan untuk Mengatasi Ancaman)

Pengembangan industri kelapa di Provinsi Kalimantan Tengah digunakan sebagai alat untuk menerapkan kebijakan promosi, advokasi, dan kampanye publik tentang industri kelapa nasional di pasar internasional. Selain itu, banyaknya tenaga kerja dapat diupayakan untuk memperluas area tanam dan hasil produksi kelapa dalam rangka peningkatan ekspor produk industri berupa cocochemical, cocofiber, minyak goreng kelapa, desiccated coconut, nata de coco, arang aktif, dan lain-lain.

Strategi  W-T (Memperkecil Kelemahan untuk Mengatasi Ancaman)

Perkebunan kelapa sebagian besar merupakan perkebunan rakyat dengan penguasaan lahan relatif kecil rata-rata 0,5 ha per keluarga petani dengan produktivitas sangat rendah dapat diatasi dengan aksesibilitas petani terhadap sumberdaya.

Sepertiga tanaman kelapa di Indonesia dalam kondisi tua dan tidak produktif serta diversifikasi produk dengan nilai tambah tinggi kurang berkembang dapat diatasi dengan peremajaan tanaman kelapa.

Penguasaan pasar oleh PT MNC yang menyulitkan pemasaran turunan kelapa dapat diatasi dengan penerapan penguatan dan penegakan hukum terhadap pembangunan kelapa berkelanjuitan dan tata kelola perizinan.

4.   Alternatif Strategi

Berdasarkan uraian di atas, beberapa alternatif kebijakan yang diusulkan adalah:

a)    Promosi, advokasi, dan kampanye publik indutri kelapa

b)    Pengembangan luas areal tanaman kelapa dan peningkatan nilai tambah

c)    Penguatan dan penegakan hukum dalam pembangunan kelapa berkelanjutan dan tata kelola perizinan

d)    Transparansi informasi pembangunan kebun kelapa

e)    Pengembangan aksesibilitas petani terhadap sumber daya


Tabel 2

Analisis SWOT Strategi dan Alternatif Strategi


Kekuatan (S):
Indonesia termasuk yang berasal dari Kalimantan Tengah merupakan produsen kelapa terbesar di dunia, dengan areal tanaman sekitar 3,88 juta ha dan produksi tahun 2005 sekitar 3,2 juta ton setara kopra.
Kelapa dapat tumbuh hampir di seluruh wilayah Indonesia, karena tidak membutuhkan persyaratan khusus untuk tumbuhnya.
Banyak produk industri yang dapat dihasilkan dari pengolahan kelapa, antara lain cocochemical, cocofiber, minyak goreng kelapa, desiccated coconut, nata de coco, arang aktif, dan lain-lain.
Tenaga kerja banyak tersedia baik untuk sektor perkebunan maupun sektor industrinya mengacu pada standarisasi seperti SNI, CODEX, dan lain-lain.
Kelemahan (W):
Perkebunan kelapa sebagian besar merupakan perkebunan rakyat dengan penguasaan lahan relatif kecil rata-rata 0,5 ha per keluarga petani dengan produktivitas sangat rendah. Sepertiga tanaman kelapa di Indonesia dalam kondisi tua dan tidak produktif, diversifikasi produk dengan nilai tambah tinggi kurang berkembang.
Peluang (O):
Permintaan terhadap produk-produk berbasis kelapa baik di pasar domestik maupun dunia masih cukup prospektif
Permintaan (demand) terhadap produk-produk kelapa olahan dengan nilai tambah tinggi terus meningkat.
Terdapat upaya yang terus-menerus dari pemerintah untuk melakukan penelitian dalam rangka diversifikasi dan pengembangan produk-produk berbasis kelapa.
Strategi  S-O  (Menggunakan  Kekuatan  dengan  Memanfaatkan  Peluang):
Kekuatan yang dimiliki industri kelapa digunakan sebagai alat untuk menerapkan kebijakan berupa promosi, advokasi dan kampanye positif publik tentang industri kelapa Indonesia di pasar internasional.
Pengembangan industri kelapa sudah harus dilakukan melalui pengembangan (diversifikasi) dan peningkatan nilai tambah produk untuk memanfaatkan peningkatan permintaan minyak dan produk turunannya yang prospektif.
Strategi W-O (Menanggulangi Kelemahan dengan Memanfaatkan Peluang):
Perkebunan kelapa sebagian besar merupakan perkebunan rakyat dengan penguasaan lahan relatif kecil rata-rata 0,5 ha per keluarga petani dengan produktivitas sangat rendah dapat diatasi dengan aksesibilitas petani terhadap sumberdaya karena permintaan terhadap produk-produk berbasis kelapa baik di pasar domestik maupun dunia masih cukup prospektif.
Sepertiga tanaman kelapa di Indonesia dalam kondisi tua dan tidak produktif serta diversifikasi produk dengan nilai tambah tinggi kurang berkembang dapat diatasi dengan upaya terus-menerus dari pemerintah untuk melakukan penelitian dalam rangka diversifikasi dan pengembangan produk-produk berbasis kelapa.
Ancaman/Threat (T):
Pengembangan produk kelapa harus bersaing dengan produk vegetable oil lainnya, terutama minyak kelapa sawit.
Banyak pohon kelapa sudah berusia tua (tidak produktif), tetapi replantasi berjalan tersendat/lamban, bahkan banyak perkebunan kelapa yang beralih fungsi.
Indonesia harus bersaing dengan Filipina yang lebih dahulu mengembangkan industri berbasis kelapa.
Penguasaan pasar oleh PT MNC menyulitkan pemasaran turunan kelapa.
Strategi S-T (Menggunakan Kekuatan untuk Mengatasi Ancaman):
Pengembangan industri kelapa di Provinsi Kalimantan Tengah digunakan sebagai alat untuk menerapkan kebijakan promosi, advokasi, dan kampanye publik tentang industri kelapa nasional di pasar internasional.
Banyaknya tenaga kerja dapat diupayakan untuk memperluas area tanam dan hasil produksi kelapa dalam rangka peningkatan ekspor produk industri berupa cocochemical, cocofiber, minyak goreng kelapa, desiccated coconut, nata de coco, arang aktif, dan lain-lain.

Strategi  W-T (Memperkecil Kelemahan untuk Mengatasi Ancaman):
Perkebunan kelapa sebagian besar merupakan perkebunan rakyat dengan penguasaan lahan relatif kecil rata-rata                  0,5 ha per keluarga petani dengan produktivitas sangat rendah dapat diatasi dengan aksesibilitas petani terhadap sumberdaya.
Sepertiga tanaman kelapa di Indonesia dalam kondisi tua dan tidak produktif serta diversifikasi produk dengan nilai tambah tinggi kurang berkembang dapat diatasi dengan peremajaan tanaman kelapa.
Penguasaan kelapa oleh PT MNC yang menyulitkan pemasaran turunan dapat diatasi dengan penerapan penguatan dan penegakan hukum terhadap pembangunan kelapa berkelanjuitan dan tata kelola perizinan.

No comments:

Post a Comment