WELCOME TO MY BLOG

Welcome to my blog

Selamat datang di blogku. Kalau Anda punya
saran terhadap blog ini, silakan berkomentar di https://ellen-def.blogspot.com/, terima kasih.

Tuesday 3 July 2018

Obyek Wisata Candi-Candi Menakjubkan di Bangkok, Thailand

Bangkok merupakan ibukota negara Thailand yang terletak di kawasan Asia Tenggara.  Kota ini terletak di tepi barat Sungai Chao Phraya, dekat Teluk Thailand. Bersumber dari Wikipedia Indonesia pada url: https://id.wikipedia.org/wiki/Thailand, sebanyak 94,50% penduduk Thailand beragama Buddha. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan apabila terdapat banyak candi/kuil di Thailand, begitu juga dengan di Bangkok, dengan bangunan yang berukuran kecil, sedang, hingga besar. 

Saya beserta saudara dan teman mengunjungi sejumlah candi yang menjadi tujuan wisata di Bangkok beberapa waktu lalu, seperti Wat Phra Kaew yang satu kompleks dengan The Grand Palace, Wat Pho, Wat Arun, dan Wat Saket. Aturan untuk memasuki empat tempat ini sama karena selain merupakan obyek wisata juga merupakan kuil/candi yang beberapa ruangannya dapat digunakan untuk menghormati Buddha bagi pemeluk agamanya, yaitu berpakaian sopan (menggunakan celana panjang atau rok panjang, menggunakan baju berlengan). Akses utama untuk mencapai beberapa tempat wisata candi populer di Bangkok tersebut adalah menggunakan kapal melalui Sungai Chao Phraya. Kapal yang digunakan ada yang berbendera biru, kuning, merah, dan oranye, serta ada yang tidak menggunakan bendera. 
Harga tiket yang dijual bervariasi, yaitu antara 8-50 Baht sekali berangkat ke satu tujuan. Saran saya, gunakanlah kapal berbendera oranye karena harga tiketnya tetap dan lebih terjangkau, yaitu 15 Baht sekali berangkat. Khusus Wat Saket, lokasinya berbeda dan bukan dicapai melalui sungai, tetapi darat.
Karena tempat menginap kami berada di seputar kawasan Samsen Road, maka kami menuju ke Dermaga Thewet (Thewet Pier) atau bisa juga disebut Thewes Pier sesuai dengan nama bangunan yang tertera yang berlokasi di Jalan Krung Kasem (Krung Kasem Road) yang jaraknya tidak begitu jauh dari Samsen Road. Kalau dilihat dari peta melalui GPS (Global Positioning System), jarak antara tempat kami menginap dengan Thewet Pier adalah sekitar 1,4 kilometer. Dari tempat ini, rute kami secara berurutan adalah The Grand Palace, Wat Arun, dan Wat Pho. Pemberhentian terakhir kapal adalah Asiatique yang merupakan tempat belanja alternatif dan terkenal dengan bianglalanya.
Thewet Pier/Thewes Pier
 
1. The Grand Palace dan Wat Phra Kaew
Pemberhentian pertama kami adalah The Grand Palace dan Wat Phra Kaew yang kompleksnya sama, yaitu di kawasan Thanon Na Phra Lan. The Grand Palace terbuka untuk umum setiap hari pukul 08.30-16.00 WIB (08.30 AM - 04.00 PM).
Lokasi dan Tiket Masuk The Grand Palace Bangkok
Untuk masuk kawasan The Grand Palace dan Wat Phra Kaew/Temple of The Emerald Buddha, masing-masing pengunjung dikenakan biaya sebesar 500 Baht atau sekitar Rp. 225 ribu (1 Baht = Rp.450 saat kami berangkat). Saat memasuki kawasan ini, kita diperlihatkan bentuk bangunan yang indah dan rumit dari segi arsitektur.
Temple of The Emerald Buddha
The Grand Palace


Dicuplik dari Wikipedia Indonesia pada url: https://id.wikipedia.org/wiki/Wat_Phra_Kaew
Wat Phra Kaew atau Temple of The Emerald Buddha atau Kuil Buddha Zamrud mempunyai nama lengkap Wat Phra Sri Rattana Satsadaram. Kuil ini merupakan salah satu kuil Buddha terpenting di Thailand yang terletak di area istana utama pada The Grand Palace Bangkok. Pembangunan kuil ini dimulai ketika raja Buddha Yodfa Chulaloke (Rama I) memindahkan ibu kota dari Thonburi ke Bangkok pada tahun 1785. Tidak seperti kuil lainnya yang mempunyai kamar untuk para biksu, kuil ini hanya diperuntukkan sebagai bangunan suci, patung-patung dan pagoda-pagoda.



2. Wat Pho
Setelah mengunjungi The Grand Palace dan Wat Phra Kaew, perjalanan kami selanjutnya adalah ke Wat Pho. Jarak dari dari The Grand Palace ke Wat Pho adalah sekitar 450 meter yang ditempuh menggunakan kapal berbendera oranye dengan harga tiket 15 Baht per orang. Sesampainya di dermaga, kami berjalan kami melewati pasar Tha Tien yang menjual berbagai makanan, minuman, dan oleh-oleh khas Bangkok. Beberapa puluh meter kemudian, sampailah kami di kawasan Wat Pho yang berlokasi di Distrik Rattanakosin. Tiket masuk ke Wat Pho sebesar 100 Baht dengan gratis satu botol air mineral yang ditukar pada sebuah kios di lokasi. Wat Pho terbuka setiap hari untuk umum pukul 08.30-17.30 WIB (08.30 AM - 05.30 PM).
Obyek paling menarik di Wat Pho adalah Buddha yang sedang berbaring menyamping atau The Reclining Buddha dengan ukuran yang besar, selain terdapat candi-candi kecil yang berjumlah cukup banyak dan sangat menarik untuk dilihat. Wat Pho merupakan salah satu kuil tertua di Bangkok. Patung Buddha Berbaring yang menjadi daya tarik utamanya berukuran panjang 46 meter dan tinggi 15 meter dan dilapisi dengan emas murni.
The Reclining Buddha

3. Wat Arun 
Tempat yang kami datangi selanjutnya adalah Wat Arun atau Temple of Dawn atau Kuil/Candi Fajar yang terletak di kawasan Wang Doem, Distrik Bangkok Yai. Untuk mencapai lokasi tersebut, kami menyeberang menggunakan kapal dengan harga tiket 4 Baht. Tiket masuk ke kuil yang bernuansa warna putih ini adalah sebesar 50 Baht dan terbuka untuk umum setiap hari pukul 08.30-17.30 WIB (08.30 AM - 05.30 PM).
Wat Arun
Anak tangga untuk naik hampir ke puncak Wat Arun (dekat puncak ditutup untuk umum) terbilang unik karena ukurannya dibuat sempit, sehingga pengunjung harus berhati-hati setiap naik dan turun anak tangga.
Karena banyaknya wisatawan dari Indonesia ke sini, terdapat tulisan pemberitahuan berbahasa Indonesia (selain bahasa negara lain) yang meminta agar pengunjung tidak membuang sampah dan rokok ke lantai.

Di area Wat Arun terdapat pedagang yang menjual berbagai suvenir dan kebanyakan dapat berbahasa Indonesia. Hal ini cukup memudahkan turis asal Indonesia untuk berkomunikasi dengan pedagang-pedagang tersebut. Hal unik lainnya, kita bisa mencoba menggunakan baju khas Thailand dengan membayar sebesar 100 Baht kepada pedagang di kawasan tersebut. Pakaian yang kita gunakan tidak dilepas, tetapi langsung ditutup dengan kain dan aksesoris khas Thailand.


4. Wat Saket

Tempat selanjutnya yang juga menarik untuk dikunjungi adalah Wat Saket atau Golden Mount atau Bukit Emas yang berlokasi di Distrik Pom Prap Sattru Phai. Untuk mencapai lokasi ini, jalan darat menjadi akses, tidak lagi melalui sungai. Wat Saket terletak di bukit buatandan terbuka untuk umum setiap hari pukul 08.00-19.00 WIB (08.00 AM - 07.00 PM) dengan tiket masuk sebesar 50 Baht per orang. Di area ini terdengar suara para biksu yang membaca doa menggunakan bahasa Thai.
Untuk mencapai puncak bangunan, pengunjung harus menaiki anak tangga beton yang dicat merah, Suasana sejuk terasa beberapa meter saat naik ke atas karena kiri dan kanan bangunan ditumbuhi pepohonan dan adanya alat yang senantiasa mengeluarkan air embun, meskipun beberapa meter sesudahnya terasa panas karena tidak ada penghalang sinar matahari. Namun, di puncak  bangunan kesejukan kembali terasa karena adanya angin berhembus pada bangunan yang cukup tinggi ini. Di puncak bangunan terdapat tempat untuk umat Buddha memberikan penghormatan terhadap Buddha. Apabila kita berkeliling, di sisi lain puncak bangunan dijajakan makanan, minuman, dan suvenir bagi wisatawan. Bahkan, ada yang menjual es krim dan akan menambah kesegaran setelah merasakan panas beberapa meter menuju puncak bangunan.Dari puncak bangunan, kita dapat melihat bangunan-bangunan di Bangkok.


Masih banyak tempat yang bisa dikunjungi di Bangkok. Empat candi di atas hanyalah sebagian yang dikunjungi wisatawan karena sudah populer. Keep traveling and be happy.









Wednesday 23 May 2018

Danau Biru Katingan, Dominannya Warna Hijau

Danau Biru. Inilah nama yang diberikan warga setempat. Danau Biru terletak di Desa Tewang Rangkang Kecamatan Tewang Sangalang Garing Kabupaten Katingan Provinsi Kalimantan Tengah. Untuk mencapai salah satu obyek wisata ini bagi masyarakat yang berdomisili di Ibukota Provinsi Kalimantan Tengah, Palangka Raya, jarak tempuhnya adalah sekitar 100 kilometer (km) dengan waktu tempuh sekitar 1 jam 30 menit (90 menit) hingga 1 jam 45 menit (135 menit).
Saya menggunakan patokan Palangka Raya disebabkan daerahnya terletak di tengah-tengah wilayah Kalimantan Tengah. Global Positioning System (GPS) belum dapat menjangkau danau ini karena peta secara online baru mencapai jarak sekitar 83 km setelah memasuki wilayah yang bernama Pendahara. Jadi, jangan sungkan bertanya dengan warga setempat di mana lokasi Danau Biru.
Untuk memudahkan saya apabila ingin ke danau ini lagi, saya mengabadikan plang petunjuk arah. Saya mulai mengambil foto saat baru memasuki Kasongan di Jalan Tjilik Riwut Km 69. Selanjutnya, ada jalan yang bernama Jl. Jenderal Sudirman, masuklah ke jalan tersebut yang letaknya berada di sebelah kanan jalan. Teruslah mengikuti jalan beraspal pada jalan ini hingga kita melihat plang yang salah satu petunjuknya adalah arah Pendahara/Buntut Bali. Plang tersebut dekat dengan simpang empat, ambillah jalan ke kanan dan teruslah mengikuti jalan tersebut. Pada simpangan berikutnya (simpang tiga), terdapat petunjuk arah Pendahara lurus ke depan dan Buntut Bali yang berbelok ke kanan. Ambillah jalan ke kanan (Buntut Bali) dan ikutilah jalannya hingga kita menemukan petunjuk arah lagi yang salah satunya menyebutkan nama Tewang Rangkang, Tumbang Terusan yang tanda panahnya ke arah kiri. Berbeloklah ke arah kiri. Di tempat ini kita akan menemukan papan nama berwarna putih yang bertuliskan "Selamat Datang di Desa Tewang Rangkang dan Objek Wisata Danau Biru". Beberapa meter dari papan nama tersebut, kita sudah melihat Danau Biru yang lokasinya ada di sebelah kanan jalan.
Saya ke sini sudah ketiga kalinya dan baru kali ini menuliskan tentang Danau Biru Katingan. Danau Biru yang saya lihat dari warna lebih dominan hijau dan sedikit kebiruan alias hijau tosca ini termasuk salah satu spot foto yang indah. Airnya yang jernih dan berwarna hijau tosca dengan gundukan tanah di beberapa tempat bagus digunakan sebagai tempat foto-foto. Untuk hasil videonya meski masih amatir, dapat ditonton di sini:  https://www.youtube.com/watch?v=Zccs_ANuxfY&t=10s
Bersumber dari http://kalteng.prokal.co/read/news/26455-di-balik-pesona-danau-biru-tewang-rangkang-indah-tapi, sebelum terbentuk danau, tempat ini awalnya hanya berupa gundukan tanah biasa. Ketika ada proyek pembangunan badan jalan kabupaten, perusahaan yang menangani proyek membeli areal tersebut dan menjadikannya tempat galian C dengan tujuan untuk menimbun badan jalan yang ditangani. Bekas galian tersebut membentuk suatu danau dan seiring berjalannya waktu warnanya menjadi hijau tosca. Danau tersebut kemudian dinamakan Danau Biru oleh warga setempat.
Masih dari sumber yang sama, air yang berwarna hijau kebiruan ini disebabkan oleh berlimpahnya plankton di kawasan danau. Dari hasil uji kualitas air yang dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Katingan (sekarang menjadi Dinas Lingkungan Hidup/DLH) di Laboratorium BLH, terdapat empat dari 18 paramater yang melebihi ambang batas baku mutu, yaitu pH atau derajat keasaman, Biological Oxygen Demand (BOD), Amonia bebas (NH-N) dan Total Suspended Solids (TSS). Tingginya ambang batas buku mutu empat paramater tersebut dapat menimbulkan gangguan kesehatan, misalnya mual, diare, bahkan berpotensi membawa parasit apabila masuk ke dalam tubuh. Oleh karena itu, masyarakat disarankan tidak menjadikan air di Danau Biru untuk mandi, mencuci, atau diminum.
Jadi, dilihat dari pemandangannya, danau ini layak untuk dijadikan lokasi foto-foto. Namun, jika ingin lebih jauh seperti mandi, mencuci, atau meminum airnya, sebaiknya jangan ya.....